Mengapa Selfie Mungkin Bukan Hal yang Buruk
Isi
Kita semua memiliki teman snap-happy yang meledakkan umpan berita kita dengan selfie yang konstan. Ugh. Ini bisa menjengkelkan, dan kami sudah tahu bahwa orang lain mungkin tidak menyukai selfie Anda seperti Anda.Tapi ternyata, mengambil foto narsis itu mungkin membuat Anda merasakan peningkatan suasana hati—jika itu jenis yang sangat spesifik, menurut sebuah studi baru yang diterbitkan di Psikologi Kesejahteraan.
Para peneliti dari University of California, Irvine bekerja dengan sekelompok mahasiswa untuk mencari tahu bagaimana memotret berbagai jenis gambar sepanjang hari di smartphone mereka memengaruhi suasana hati mereka. Selama penelitian, para siswa secara acak ditugaskan untuk mengambil salah satu dari tiga jenis foto yang berbeda setiap hari: selfie tersenyum, foto hal-hal yang membuat mereka bahagia, dan foto hal-hal yang mereka pikir akan membuat orang lain dalam hidup mereka bahagia. Setelah itu, mereka merekam suasana hati mereka.
Setiap jenis foto menghasilkan efek yang berbeda pada akhir periode penelitian tiga minggu. Orang-orang merasa reflektif dan penuh perhatian ketika mereka mengambil foto untuk membuat diri mereka bahagia. Dan mereka merasa lebih percaya diri dan nyaman dengan diri mereka sendiri ketika mereka mengambil selfie tersenyum. Yang penting, orang-orang mencatat bahwa mereka hanya mendapatkan efek samping selfie positif ini ketika mereka tidak merasa seperti sedang berpura-pura atau memaksakan senyum, dan mengambil foto dengan senyum alami menjadi lebih mudah pada akhir penelitian. Foto-foto untuk kebahagiaan orang lain juga memiliki efek super positif, membuat orang merasa nyaman ketika menerima tanggapan dari orang yang mendapat mood boost dari foto mereka. Merasa terhubung dengan orang lain juga membantu mengurangi stres.
Lebih dari segalanya, penelitian ini menunjukkan bahwa Anda dapat menggunakan kamera ponsel cerdas Anda dengan cara yang membantu Anda merasa lebih baik tentang diri sendiri dan terhubung dengan orang lain, daripada sebagai "perangkat isolasi pribadi", seperti yang sering disebut ponsel cerdas. "Anda melihat banyak laporan di media tentang dampak negatif penggunaan teknologi, dan kami melihat dengan sangat hati-hati masalah ini di UCI," kata penulis senior Gloria Mark, seorang profesor informatika, dalam siaran pers. "Tetapi ada upaya yang diperluas selama dekade terakhir untuk mempelajari apa yang dikenal sebagai 'komputasi positif', dan saya pikir penelitian ini menunjukkan bahwa terkadang gadget kami dapat menawarkan manfaat bagi pengguna."
Jadi, untuk sedikit energi positif, ucapkan selamat tinggal pada bibir bebek dan salam senyum.