Kolitis Ulseratif dan Stres: Apa Kaitannya?
Isi
Gambaran
Jika Anda menderita kolitis ulserativa, Anda mungkin melihat gejala yang kambuh saat mengalami peristiwa yang membuat stres. Ini tidak ada di kepala Anda. Stres adalah salah satu faktor yang berkontribusi pada peradangan kolitis, bersama dengan kebiasaan merokok, pola makan, dan lingkungan Anda.
Kolitis ulserativa adalah penyakit autoimun yang mempengaruhi usus besar (juga dikenal sebagai usus besar Anda). Penyakit ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat di usus besar. Sistem kekebalan yang terlalu aktif ini menyebabkan peradangan di usus besar, yang menyebabkan kolitis ulserativa. Stres memicu respons serupa.
Mungkin untuk mengelola gejala kolitis ulserativa dan meredakan kekambuhan dengan pengobatan. Namun, kemampuan Anda untuk mengelola gejala kolitis ulserativa mungkin bergantung pada seberapa baik Anda mengelola stres.
Bisakah stres menyebabkan kolitis ulserativa?
Tubuh Anda menghadapi peristiwa stres dengan melancarkan respons melawan atau lari. Ini adalah reaksi alami terhadap stres yang mempersiapkan tubuh Anda untuk melarikan diri dari situasi berisiko tinggi atau menghadapi ancaman yang dirasakan.
Selama tanggapan ini, beberapa hal terjadi:
- tubuh Anda melepaskan hormon stres yang disebut kortisol
- tekanan darah dan detak jantung Anda meningkat
- tubuh Anda meningkatkan produksi adrenalinnya, yang memberi Anda energi
Respon ini juga merangsang sistem kekebalan Anda. Ini biasanya bukan reaksi negatif, tetapi bisa menjadi masalah jika Anda menderita kolitis ulserativa. Sistem kekebalan yang dirangsang menyebabkan peningkatan peradangan di seluruh tubuh Anda, termasuk usus besar Anda. Peningkatan ini biasanya bersifat sementara, tetapi masih dapat memicu kambuhnya kolitis ulserativa.
Dalam sebuah studi dari 2013, peneliti mencari kambuh pada 60 orang dengan penyakit radang usus (penyakit Crohn atau kolitis ulserativa) dalam remisi. Dari 42 peserta yang kambuh, 45 persen mengalami stres sehari sebelum kambuh.
Meskipun stres dapat menyebabkan munculnya gejala, stres saat ini tidak dianggap menyebabkan kolitis ulserativa. Sebaliknya, para peneliti berpikir bahwa stres memperburuknya. Penyebab pasti kolitis ulserativa tidak diketahui, tetapi beberapa orang memiliki risiko lebih besar untuk mengembangkan kondisi ini. Ini termasuk orang yang berusia di bawah 30 tahun atau orang yang berusia paruh baya dan orang dengan riwayat keluarga kolitis ulserativa.
Mengatasi stres dan kolitis ulserativa
Untuk mengurangi kambuhnya kolitis ulserativa, tidak selalu cukup untuk minum obat dan tetap berpegang pada rencana perawatan dokter Anda. Menemukan cara untuk menurunkan tingkat stres Anda juga dapat membantu. Berikut beberapa strategi untuk membantu Anda mengelola stres:
- Merenungkan: Cobalah salah satu aplikasi meditasi terbaik tahun ini jika Anda tidak yakin harus mulai dari mana.
- Melakukan yoga: Yang Anda butuhkan hanyalah sedikit ruang untuk berbaring. Ini urutan awalnya.
- Coba biofeedback: Anda dapat bertanya kepada dokter Anda tentang biofeedback. Terapi nondrug ini dapat mengajari Anda cara mengontrol fungsi tubuh Anda. Hasilnya, Anda belajar cara menurunkan detak jantung dan melepaskan ketegangan otot saat sedang stres.
- Jaga dirimu: Perawatan diri merupakan faktor penting dalam mengurangi stres. Pastikan Anda tidur setidaknya tujuh hingga delapan jam setiap malam. Mempelajari cara mengatakan tidak juga dapat mengurangi stres. Saat Anda menerima terlalu banyak tanggung jawab, Anda bisa menjadi kewalahan dan stres.
- Olahraga: Olahraga mendorong otak Anda untuk melepaskan neurotransmiter yang memengaruhi suasana hati Anda dan membantu meredakan depresi dan kecemasan. Olahraga juga memiliki efek antiinflamasi. Lakukan aktivitas fisik selama 30 menit setidaknya tiga hingga lima kali seminggu.